Kamis, 09 Agustus 2018

IZINKAN AKU BERSANDING DENGANMU

Hari hari kemarin.... hari ini dan mungkin esok lusa dan seterusnya.....
Aku hanya bisa teronggok lesu.... terkena debu, disepak - ditendang dan hanya dipandang sebelah mata.  Aku hanyalah seonggok bonggol jagung yang tak berguna, paling juga hanya diberikan sebagai makanan ternak-ternak sapi mereka. Bahkan saking gak bergunanya, aku harus menerima kenyataan dibakar begitu saja, layaknya sampah sampah yang lain yang hanya merusak pemandangan.

Wahai... izinkan aku untuk dapat bersanding denganmu......

Tiba-tiba... seseorang memungutku...menimangku dan menggenggamku erat, seakan aku adalah benda yang sangat berharga baginya.
Dia membawaku pulang ke rumahnya... ya.. dia sang pemungut yang memungutku dari tepi jalan yang penuh debu.

Dirumahnya, aku ditempatkan ditempat yang bagus, walau hanya bertempat di dapur rumah itu. Tapi itu memberiku secercah harapan bahwa Nasibku bisa berubah.
sehari..2 hari bahkan hampir seminggu aku masih teronggok disusut dapur, jauh dari cerita-cerita indah para perabot rumah yang setiap hari mereka poles, bersihkan dan sayangi.

Hingga suatu hari sang pemungut menjengukku, yang saat itu aku hampir putus asa. Aku digendongnya dan dibawa ke ruang belakang yang sumpek. Dan sang pemungut berkata :
" Hari ini kamu hanya sampah, tapi percayalah, besok kamu dan seluruh kawan-kawanmu akan menjadi benda berharga yang akan dipuji setiap orang yang melihatmu....."
aku hanya bisa mendesah.....dan bergumam:
"ahh... sang pemungutku, jangan kau berikan harapan tinggi pada kami para limbah bonggol jagung.
Kami udah lelah berharap, lakukanlah apa yang ingin kau lakukan wahai sang pemungut"......

Dan HARI INI............
Aku dan para Limbah Bonggol Jagung telah duduk sejajar dengan perangkat perabotan Interior sang pemungut dan banyak teman-teman sang pemungut juga memberikan tempat yang sejajar pada kami si Limbah Bonggol Jagung.






Wahai..... Terima kasih kami buat tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang telah menghargai kami dan menempatkan kami sebagai benda yang memiliki nilai sejajar dengan benda berharga tuan dan nyonya.

DARI SANG PEMUNGUT......

Wahai Bonggol Jagung yang kotor, berdebu dan dekil..... Aku bukanlah apa-apa, seperti kalian para bonggol yang berserakan di tepi jalan, aku juga mahluk yang butuh tempat untuk berbenah.... Terima kasih wahai Bonggol Jagung, karena kalian, kini aku dapat bercerita panjang tentang Hak-hak yang terabaikan dari seonggok sampah yang juga punya hak untuk duduk sejajar. Karena dimata Allah bahwa kami adalah sama.

Terima kasih buat teman-temanku yang telah memberikan dukungan sehingga kita bisa merubah Limbah menjadi bentuk Karya yang Unik dan Menarik.

Terimakasih yang tiada terhingga buat Guruku...Maestro Bonggol Jagung, pemilik Dipar, I Love Bonggol Jagung Indonesia, KANG EDIE DJUANDI D. yang bertempat tinggal di Bogor, yang telah menerima dengan hati lapang dan tangan terbuka untuk memberikan dan menuangkan ilmunya padaku selama aku tinggal dan belajar di rumah sang Guru. Salam rinduku buat Dek Nisa, Dek Sukma, kakakku (Istri Kang Edie), dek Fira dari STT Telkom Bandung, Kang Mamad, Kang Indri, Sonson, Teh Budi.


Juga buat abangku Lokot Batubara beserta Kru bis PT. ANTAR LINTAS SUMATERA N0.343 Jurusan Medan-P.Baru-Malang yang telah membantu mengantarkan aku untuk berjumpa dengan Kang Edie.


Buat Media UKM Center, Tribun News, Harian Medan Bisnis, Terimakasih telah meliput workshop kerajinan kami.

Akhirnya... Kehadapan Allah Ta'ala hamba berserah diri ya Allah, Puji dan Syukur hamba persembahkan kehadirathMU ya Rabb...Shalawat dan Salam hamba persembahkan pada junjungan hamba Nabi Muhammad Rasulullah Salallahu'alaihi wasallam.

Untuk Pelatihan dan Order bermacam produk Interior silahkan hubungi kami di:
HP/ WA 081383430033 atau melalui e-Mail: ariadi66@gmail.com

Kamis, 24 Mei 2018

MERUBAH LIMBAH MENJADI SENI

 Berawal dari keprihatinan penulis beberapa waktu lalu melihat banyaknya  limbah tongkol jagung yang dibuang atau dibakar, yang barang tentu ini justru dapat mencemari lingkungan. Penulis kemudian berfikir untuk memanfaatkan tongkol jagung itu menjadi benda yang memiliki nilai ekonomis.


 Dari sini, penulis mulai mencari banyak informasi dan referensi baik secara langsung maupun browsing melalui internet.  Dan akhirnya penulis memulai mengutak atik bonggol jagung yang diambil dari petani di daerah sekitar pinggiran kota Medan.

 Berawal dari mengajak beberapa teman, namun banyak yang menolak bahkan meremehkan, akhirnya penulis mendapatkan kawan seide untuk mulai membuat kerajinan dari tongkol jagung yang ada.
 Namun tidak segampang yang penulis pikirkan dan bayangkan, ternyata banyak kendala yang dihadapi untuk menjadikan tongkol jagung menjadi kerajinan yang ramah lingkungan, aman untuk dipajang dan bebas dari serangan jamur dan serangga.
   Tiada jemu-jemunya, penulis terus menggali ilmu dan referensi tentang tongkol jagung, termasuk browsing alamat-alamat pengerajin tongkol jagung di Indonesia.
Maka pada tanggal 5 Ramadhan 1439 H Alhamdulillah penulis dapat berkomunikasi dengan Master Bonggol Jagung yang berasal dari Bogor, Abanganda Eddie. Beliau banyak memberikan masukan, saran dan kritik membangun agar penulis tidak jenuh dan menyerah untuk menggeluti kerajinan tongkol jagung.

Berbekal modal hutang sana hutang sini, bersama kedua teman, penulis bisa menggelar pameran perdana di Ramadhan Fair Kota Medan 2018 dengan memajang puluhan hasil olahan kreasi dari Tongkol Jagung atas dorongan teman yang telah lama bergabung di Koperasi UMKM Kota Medan.
Dari kerajinan Tongkol Jagung yang dibuat, seperti lampu hias,  pigura, tempat tisu, talam  dan lainnya, yang paling banyak diminati lampu hias dan tempat tisu. Dibuat sesuai dengan ukuran yang dipesan. Karena masing-masing pemesan meminta ukuran berbeda-beda.

Semoga penulis bisa meneruskan apa yang telah diwejangkan oleh Abanganda Eddie dari Bogor. Amiin Ya Rabbal Alamiin. (AR)